• Jam Buka Toko: 09.00 s/d 17.00
  • Status Order
  • Tlp: 0231-242921
  • SMS/WA: 081313800533
  • hello.grandkom@gmail.com
Terpopuler:

Apa Perbedaan BIOS, CMOS, dan UEFI ?

13 February 2021 - Kategori Blog

Kalau PC kamu error, terus kalau minta tolong sama orang biasanya jadi andalan adalah clear CMOS ata reset bios. Memang apa bedanya sih itu ?

BIOS sama CMOS ini adalah dua istilah yang sering banget dipakai bergantian tapi apakah ini artinya mereka punya makna yang sama terus apa pula hubunganya dengan UEFI, kita akan bahas BIOS, CMOS, UEFI sebenarnya mereka itu apa sih biar kita makin paham perbedaanya BIOS, CMOS, dan UEFI.

Kita mulai dari BIOS atau Basic Input Output System, ini adalah low-level program yang tertanam di  dalam motherboard yang tugasnya adalah mnegenali semua hardware yang terpasang sebelum motherboard ini melanjutkan proses untuk masuk ke OS.  Jadi kalau saat pertama kali kamu nyalain komputer dan ternyata dari BIOS medeteksi ada hardwarenya gak beres, maka dia bakal kasih pemberitahuan dan tidak akan melanjutkan proses untuk masuk ke OS.

Kalau kamu belum tahu, OS artinya adalah Operating System. Biasanya nih yang banyak dipake orang OS untuk komputer adalah windows. Tapi sebenernya ada beberapa lagi yang lain contohnya adalah MAC OS untuk Apple, ada Linux yang gratis untuk PC dan kalau di handphone ada operating sistemnya Android. Terus ada lagi OS punya apple dan macem macem operating system lainnya.

Saat BIOS menemukan kesalahan pada hardware, maka dia akan ngasih tau, eeh hadware itu tidak berfungsi. Dia ngasih tau bisa dengan beberapa cara, bisa dengan munculin tulisan di layar, bisa juga dgn LED di motherboard.

Kalau kamu ada kotak nih biasanya itu ada kode LED itu angka nya bisa rubah rubah huruf dan angka yang disitu bisa berubah-rubah yang menandakan kode error yang muncul itu untuk hardware apa. Tapi kalau motherboard kamu nggak punya D-Back LED ini, biasanya akan muncul suara beep. Kalau motherboard kamu ngga ada speaker biosnya, kamu bisa pasang speaker kecil. Model kayak gini bisa disebut dengan buzzer. Nah nanti dari kode debug tadi, dari suara beep, dari speaker ini, kamu bisa tau errornya ada di hardware mana. Kmu bisa liat di manual book atau kamu bisa googling sendiri dan lihat untuk kode tertentu atau suara beep yang tertentu itu menandakan error dimana. Apakah CPU, RAM, Hardisk, GPU atau yang lainnya.

Di dalam BIOS, kita bisa melakukan banyak setting, dari yang paling simpel yaitu mengatur jam dan tanggal, terus kamu bisa mengatur kecepatan CPU dan RAM, istilahnya overclock. Terus kamu juga bisa mengatur urutan pendeteksian Harddisk dan SSD, terus kamu bisa mengatur tentang sleep, tentang shutdown, tentang power up dan banyak banget yang bisa kamu atur di dalam BIOS. Nah settingan yang sudah kamu atur di dalam BIOS akan disimpan di memory chip yang terpisah, yang disebut dengan CMOS atau Complementer Metal Oxide Semiconductor. Jadi BIOS dan CMOS adalah dua barang yang berbeda.

BIOS adalah chip untuk menyimpan firmware. Sedangkan, CMOS adalah chip untuk menyimpan settingan BIOS. Jadi, bisa diberatkkan. BIOS adalah Operating System dan CMOS  adalah storage untuk menyimpan data kerjaan kita.

Saat terjadi error di komputer kita dimana tiba-tiba nggak mau masuk ke windows biasanya ada kesalahan saat pendeteksiaan hardware entah ada deteksi atau BIOS nya error mendeteksi, misalnya tiba-tiba storage kita yang berisi windows tidak terdeteksi di urutan pertama akhirnya komputer nggak mau masuk ke dalam windows. Jika memang tidak ada kerusakan hardware. Maka yang perlu kita lakukan adalah mereset data yang tersimpan di dalam CMOS, karena kemungkinan ada error pada data yang tersimpan di situ jadi setelah kita mereset CMOS diharapkan BIOS akan mendeteksi ulang hardware kita dari 0 lagi.

Hampir sama seperti RAM, CMOS adalah memori volatile, yang artinya dia butuh suplai listrik. Untuk bisa menyimpan data RAM yang tertanam di komputer hanya bisa menyimpan data selama komputernya nyala begitu komputernya dimatikan maka data di dalam RAM akan terhapus semua, sedangkan CMOS masih punya backup daya yang berasal dari baterai kecil yang tertanam di motherbord fungsinnya adalah agar saat komputernya dimatikan, maka CMOS masih punya suplai daya dari baterai untuk tetap bisa menyimpan data dari BIOS.

Untuk menghapus data yang tersimpan di dalam CMOS yang perlu kita lakukan adalah memotong suplai listrik yang mensuplai CMOS tadi, ada dua cara untuk melakukan hal itu

1.Menghubungkan dua pin Clear CMOS

Yang pertama adalah dengan menghubungkan dua pin Clear CMOS yang ada di motherboard tergantung motherboard kamu ada yang harus dihubungan dengan obeng tapi ada juga yang sudah ngasih pin konektor untuk clear CMOS

2.Mencabut Batrei CMOS

Cara kedua adalah dengan mencabut baterai CMOS, jadi baterai kancing yang ada di motherboard kamu lepas aja terus kamu tungguin bentar aja mungkin sekitar lima menit, habis itu pasang lagi. Yang penting kamu sudah memastikan bahwa semua daya listrik yang mensupply CMOS sudah habis.

Sejarah BIOS

BIOS sudah dipakai dari tahun 80-an dan walaupun sudah banyak di-update tapi ternyata perkembangan teknologi udah jauh melampaui teknologi BIOS, contohnya BIOS nggak bisa booting dari storage drive yang lebih dari dua terabyte padahal sekarang udah umum orang pakai Harddisk tiga terabyte atau lebih. Kemudian BIOS bekerja dengan mode 32-bit yang hanya bisa menggunakan 1 MB RAM, dengan keterbatasan ini maka BIOS nggak bisa mendeteksi banyak hardware sekaligus. Padahal sekarang di motherboard modern hardware yang terpasang itu ada banyak banget enggak cuma CPU sama RAM, tapi ada Hardisk, ada SSD, ada GPU, ada LAN card, ada Audio card dan sebagainya. Otomatis hal ini akan menyebabkan proses booting semakin lambat karena semua hardware ini harus ngantri satu-satu untuk bisa dideteksi oleh BIOS.

Sebenarnya Intel sudah sejak lama mempersiapkan pengganti BIOS, mereka sudah mengembangkan Extensible Framework Interface atau EFI ditahun 1980. Tapi baru di tahun 2000 apple lah yang pertama kali memutuskan untuk beralih menggunakan EFI dan belum di ikuti oleh pabrikan PC lainnya. Baru di tahun 2007 AMD Intel Microsoft dan pabrikan PC lainnya mulai bersepakat untuk pakai Unified Extensible Framework Interface atau UEFI. Bisa dibilang komputer tahun 2007 kesini sudah tidak pakai BIOS lagi karena sudah beralih ke UEFI, tapi karena istilah BIOS sudah dipakai selama puluhan tahun, maka sampai sekarang sebutan BIOS masih tetap di pakai biar orang-orang engga bingung padahal sebenarnya yang terinstall adalah UEFI bukan BIOS.

Perbedaan BIOS vs UEFI

Terus apa bedanya dengan BIOS, banyak banget bedanya yang pasti sudah engga ada lagi batasan dua terabyte untuk UEFI secara Teori dia bisa mendeteksi hingga 9,4 zetta byte. Kemudian UEFI udah bisa jalan dengan mode Boost hingga  64-bit artinya ruang memori yang dipakai lebih besar, yang efeknya jelas proses booting akan semakin cepat karena juga UEFI mendeteksi banyak hardware sekaligus, kemudian dengan ruang memori yang lebih besar ini tampilan UEFI juga mendapat perubahan besar.

Kalau sebelumnya BIOS selama puluhan tahun terpaku dengan layar biru dan cuma bisa dikontrol dengan keyboard QWERTY sekarang tampil dengan jauh lebih menarik warnanya, enggak cuma biru tapi udah bisa diganti-ganti dengan warna lain, sesuai dengan selera pabriknya. Terus untuk kontrol juga udah enggak cuma terpaku dengan keyboard tapi juga bisa dikontrol dengan mouse. Bahkan tidak sedikit motherboard yang pakai resolusi Full HD untuk antarmuka UEFI nya, tampilan ini tidak wajib sih, karena masih banyak pabrikan komputer terutama laptop yang masih menggunakan layar biru untuk UEFI, mereka selain tampilannya lebih menarik dan proses booting lebih cepat, ternyata UEFI juga punya mode Fastboot, bahkan ada yang punya Ultrafastboot, semakin fast kamu piihnya, maka semakin banyak proses pengenalan hardware yang dilompati agar sistemnya bisa langsung skip masuk ke operatting sistem, cuma mode ini punya kelemahan untuk masuk biasanya kan kita harus mencet DEL atau mencet F2 saat nyalain komputer nah karena proses ini di skip diawal maka kita nggak bisa masuk ke UEFI setting, kecuali kita masuk dulu ke dalam windows dan baru masuk ke UEFI saat merestart windows. Yang jadi masalah adalah kalau ternyata terjadi kesalahan saat pengenalan hadware maka kmu nggak bisa masuk ke dalam UEFI setting dan kamu juga nggak bisa masuk ke windows jadi kmu akan star dilayar hitam dan untuk mengatasi masalah ini cuma satu yg bisa kmu lakukan yaitu dengan Clear CMOS. Yup benar walau udah pake UEFI, CMOS masih tetep ada.

Lanjut ke fitur berikutnya, ada yang namanya secure boot artinya UEFI akan melakukan validasi operating system sebelum lanjut ke proses booting jadi kalau ada virus atau malware, maka UEFI idealnya bisa menghentikan proses booting agar virus nggak menyebar. Tapi kayaknya kita nggak bisa terlalu mengharapkan fitur ini, karena pada prakteknya virus dan malware tetep aja berkeliaran di windows.

Selain itu UEFI juga udah support networking, apa sih fungsinya ? konek internet wifi yang jelas kamu udah bisa updates langsung dari website pabrikannya, ini istilah judulnya adalah update BIOS, jadi kalau dulu kamu update BIOS kan harus download file terus dipasang pake flashdisk dan seterusnya kalau sekarang kamu udah langsung konek internet lewat wifi dan langsur update firmwarenya.

Selain itu fitur networking ini juga berfungsi untuk remote control. Yup nih jadi kalau dulu pake BIOS, kalau mau merubah setting BIOS kamu harus didepan komputer kamu, sekarang semua bisa lakukan lewat remote dari jarak jauh lewat internet control UEFI komputer ditempat lain. Tapi fitur ini nggak semua nya ada di motherboard, jadi kamu cek lagi manual motherboard kamu, apakah support fitur ini atau nggak.

Secara singkat saat ini BIOS udah nggak ada lagi, dia udah sepenuhnya digantikan oleh UEFI. Tapi jangan salah masih ada hadware yang cuma bisa jalan di BIOS, salah satu yang saya tahu adalah yang berhubungan dengan storage, tadi kita udah bahas bahwa BIOS punya batasan batasan terabyte untuk drive. Hal ini disebabkan karna BIOS masih menggunakan sytem MBR atau Master Boot Record untuk booting ke dalam operating sytem. Kalau harddisk atau SSD kamu masih pakai MBR, ini maka kamu nggak akan bisa masuk ke windows lewat UEFI, karena UEFI sudah beralih ke GPT atau Guided Partition Table.

Nah untuk bisa masuk windows dengan hardisk MBR ini kamu bisa mengaktifkan mode legacy di dalam UEFI. Legacy ini artinya kita memerintahkan sistem untuk bisa bekerja menggunakan hadware lama yang masih memakai MBR tadi, sebagian besar hardware bisa terdeteksi oleh BIOS atau UEFI dan biasanya mereka bakal kasih tau apa yang error tapi permasalahannya engga semua orang faham apa yang disampaikan oleh BIOS dan UEFI.

Nah kalau kamu engga faham saat terjadi error sama komputer kamu bisa datang ke Grand Komputer karena teknisi service yang terpercaya. Dari pada kamu nanti salah deteksi terus salah beli hardware pengganti atau kalau kamu mau sabar banyak-banyak belajar banyak-banyak baca buku banyak tanya orang banyak.

 

Alamat Kami:
Jl. Panjunan No.66, Panjunan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat 45112
Telepon: (0231) – 242921
Hari, 081313800533 (WA)
Lia, 081284551588 (WA)
Email : hello.grandkom@gmail.com

There are no comments yet, add one below.

Berikan Komentar/Review Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Form yang wajib di isi ditandai *

 
Chat via Whatsapp